Surat Kabar Indonesia Pada Zaman Penjajahan – Masyarakat Indonesia sejak 273 tahun silam telah mengenal surat kabar (s.k). Demikian tulisan John Tebbel, seorang peraih anugerah Pulitzer pada tahun 1972. John Tebbel ialah pakar jurnalistik yang menulis buku “Karier Jurnalistik” diterbitkan oleh Effar & Dahara Prize Semarang. Beliau banyak menguraikan tentang surat kabar di dunia, termasuk di Indonesia
Tulisan John Tebbel, seirama dengan Katalog surat-surat kabar koleksi Perpustakaan Nasional 1801-1984 susunan Wartini Santoso. http://www.shortqtsyndrome.org/
Pada awal abad ke 15 s.k. mulai diterbitkan di Indonesia.
7 Agustus 1744, s.k pertama diterbitkan di Batavia bernama Bataviase Nouvellies. Penanggung jawabnya adalah pengawas sekretariat Gubernnr Jenderal Imhoff, Nyakni J.e.Jordans. Tiga tahun kemudian pemerintah menerbitkan WENDU NEUWS yang memuat pengumuman resmi dari pihak Kompeni. Terbit hanya beberapa eksemplar dan disensor secara ketat. https://www.benchwarmerscoffee.com/
Gubernur Jenderal Daendels, mengadakan perombakan di segala bidang. Dia menerbitkan s.k. resmi yang kedua di Hindia Belanda, Terbit pertama kali di Batavia 5 Januari 1819 dengan nama BATAVIACHE KOLONIALE COURANT. S.k. ini tidak berumur lama, karena bulan Agustus 1911 Inggris menduduki Hindia Belanda Timur.
Selanjutnya , menurut John Tebbel, Inggris menerbitkan The Java Government Gszaette pada Februari 1812 dengan bahasa Inggris. Berita dari Etopa tidak teratur. Masyarakat telah lebih awal mendengar informasi dari pakar sejarah di zaman kolonial. S.k. itupun tak buumur lama sebab semua jajahan Belnnda harus dikembalikan pada tahun 1814 termasuk Hindia Belanda.
Dengan kembalinya kekuasaan Belanda terbitlah s.k. resmi dengan nama Bataviasche Courant. Pada saat itu ,s.k adalah salah satu sumber yang baik untuk penulisan sejarah termasuk tentang Indonesia. Sekjennya diperintahkan untuk mengajak warga, siapa saja yang mampu membantu mengirimkan naskah/artikel yang menarik dan ilmiah.
Imbauan itu mendapat sambutan positif dari para ilmuwan dan cendekiawan. Berbagai tulisan dari para pakar Iptek. budaya, dan politik membanjir ke meja redaktur. Tahun 1829 nama Bataviache Cournnt diganti menjadi Javasche Courant yang terbit tiga kali seminggu.
Pada awal abad ke 19 s.k. yang terbit di Indonesia di antaranya Bataviaasch Advertenttienblad. Lima tahun kemudian surat kabar ini bergabung dengan Javasche Courant, Edward Douwes Dekker yang lebih dikenal dengan nama Multatuli, selalu menyumbangkan artikel dan merupakan editor setia Javasch Courant.
Di samping percetakan pemerintah ada pula percetakan milik Bataviaasch Genootschscap Van Kunsten En Westebschappen (sekarang Museum Nasioanal) yang misinya mencetak karya sastra & ilptek.
Di Surabaya hadir percetakan Soerabayach Sadvertentieeblad. Juga di Semarang, Oliphant & Co mencatak Samarangche Advertentieblad Heat Samarangch Courant.
Kebebasan pers tak ada sama sekali pada waktu itu, Untuk pengawasan, pada tahun 1855 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan U.U.Pers. Isinya peraturan ditujukan kepada percetakan dan penerbit diperintahkan menyampaikan semua naskah sebelum diterbitkan. .
Surat kabar yang terbit di Batavia sejak pada abad ke 19 sampai perang dunia kedua adalah; Java Bode. Sebelumnya Bataviaach Handelsblad, Nieuw Bataviascch Handerlsblad, Het Algemeen Dagblad Vas Nederlandsh-Indie sudah lebih dulu berhenti terbit
Beberapa s.k. terbit di Jawa selama abad 19 dan 20. Antara lain Samarangsch Courant, De Locomotief, HetAlgemeent Handelsblad Voor Nederlanche-Indie dan Het Soerabaiasch Handelsblad.
Di Solo tahun 1872 terbit s.k. De Nieuwe Vorstenlanden . S.k. Mataram terbit di Yogya tahun 1877, S.k.De Preanger Bode terbit di Bandung tahun 1896
Di Sumatera terbit Deli Courant tahun 1865 dan Soematra Post di tahun 1899, Borneo Advertentienblad dan Celebes Courant terbit di Banjarmasin, Makassar dan Manado.
Selama perang dunia I sebuah biro pers didiirikan di Batavia dengan nama ANETA (Algeneeb General-Nieues En Telegraaf Agentschap). Biro ini menghimpun berita-berita dari seluruh dunia.
Sementara itu para wartawan Indonesiapun merasakan pentingnya informasi nasioonal, Karena itu didirikan Biro Pers Nasioaal pada 13 Desember 1937 dengan nama LKBN ANTARA. Berdirinya LKBN ANATARA diprakarsai oleh Adam Malik, R.M.Soemanang, AM Sipahutar dan Pandoe Kartawigoena.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) didirikan pada tanggal 9 Februari 1946 di Surakarta, namun pengurus pusat berada di Ibukota Negara Republik Indonesia. Pada tahun 1946 Indonesia mengalami kriisis kertas untuk keperlusan .s.k. Tahun itu juga dibentuk Serkat Penerbit Suratkabar (SPS).
Penyebaran surat kabar meningkat. Di Yogya tiap hari terbit 10 ribu eksemplar. Kesulitan kertas menyebabkan s.k. harus dicetak dalam ukuran kecil terbuat dari bahan merang.
Pada saat Belanda masih menjajah juga sudah ada PERDI (Persatuan Djoernalis Indonesia) yang dibentuk tahan 1933.
Pertengahan adad 19 terbit beberapat s.k. berbahasa Indoenesia. Yang pertma tahun 1855 di Surakarta bernama BROMARTANI. Serat Chabar BETAWI terbit di Batavia tahun 1858. S.k.BINTANG TIMOER terbit 1862 di Surabaya. S.k. DJOEROE MARTANI terbit di Surakarta tahun 1864. S.k.BENGLALA terbit di Batavia tahun 1867.
S.k. RETNO DHOMILAH terbit di Yogya pada tahun 1895 S.k.BINTANG DJOHAR terbit di Batavia tahun 1873. Meskipun surat kabar itu berbahasa Indonesia dengan beberapa di antaranya terbit dengan huruf Jawa, tetapi redakturnya adalah orang Belanda.
Banayk s.k. berhaluan nasioanal yang terbit di Jawa, seperti Darmo Kondo, Solo 1904. S.k. Oetoesan Hindia terbit di Surabaya tahun 1914 . Neratja terbit di Batavia terbit tahun 1917 .S.k. Sri Djojobojo terbit di Kediri 1920 . Boedi Oetomo terbit di Yogya tahun 1920.
Di luar Jawa. TJAJA SUMATRA terbit di Padang 1914. BENIH MERDIKA terbit di Medan tahun 1919, Tahun 1920 s.k HINDIA SEPAKAT terbit di Sibolga., S.k. OETOESAN ISLAM terbit di Gorontalo tahun 1927 . S.k. OETOESAN BORNEO terbit tahun 1927 di Pontianak
Surat Kabar terkenal yang diterbitkan oleh Indonesia- China di abad 20 adalah IK-PO. Terbit di Solo tahun 1914. S.k. SIN PO terbit Batavia 1910. S.k. TJHOEN TJHIOE terbit di Surabaya tahun 1914 S.k. China yang mengutamakan gerakaan nasional dan menganggap diirnya pers Indoneisa adalah SIN TIT PO terbit di Surakarta sejak tahun 1929.
Hanya satu s.k. yang beraksara China yakni IK PO, lainnya berbahasa Melayu.
Surat Kabar berbahasa Arab yang redakturnya Indenesia –Arab adalah AL ACHBAR terbit di Padang tahun 1913 . S.k. AL IHBAL terbit di Surabaya tahun 1914. BOROBOEDOER terbit di Yogya tahun 1925.
S.k. PERSATUAN INDONESIA terbit di Batavia pada tahun 1928., memuat laporan lengkap tentang Kongres Pemuda Indonesia .
Hasil sensus tahun 1920, Indonesia berpenduduk 50 juta jiwa, diantaranya 170.000 warga Eropa. Tahun 1920 sampai tahun 1930 tersedia surat kabar berbahasa Belanda 32 buah dengan jumlah oplah 9.000 eksemplar. harian, Sementara terdapat 39 harian berbahasa Indonesia dengan jumlah kurang dari 1.000 eksemplar perhari.
S.k. di era penjajahan Jepang.
Selama peramg dunia kedua, ketika Indonesia diduduki Jepang sejak tahun 1942 sampai tahun 1945 semua s.k. dilarang terbit. Hanya satu yang diijinkan terbit yakni PEMANDANGN yang terbit di Batavia 1933-1958. . Namun Jepang menerbitkan s.k. dalam bahsasa Jepang yakni DJAWA SHINBUN , ASIA RAJA yang terbit di Batavia. MADIOEN SJUU terbit di Madiun.
S.k.SINAR MATAHARI terbit di Yogya. S.k. SINAR BAROE, terbit di Semarang. SINAR MATAHARI, terbit di Yogja, SINAR BARDE terbit di Semarang S.k. SOEARA ASIA terbit d Suarabaya s.k TJAHAJA terbit .di Bandung.
Di Surakarta sementera masyarakat menerbitkan s.k. MERAH PUTIH yang isinya mendorong Indonesia mempersiapkan kemerdekaan.
Pers gelap juga aktif dengan menerbitkan s.k.1 7 AGOESTOES, PANTJAASILA dan YUDHA.
S.k. lain yang pernah terbit di Indonesia ialah De Ooskus berbahasa Belanda terbit tahun 1895. S.k. Pertja Timoer terbit di Medan 1902. S.k. Andalas terbit tahun 1912. Pewarta Deli terbit 4 Januari 1913. S.k. ini pernah dipimpin oleh Djamladuddin Adi Negoro. S.k. Pelita Andalas terbit 1 Februari 1912. S.k. Sama Rata terbit pada tahun 1919 yang isinya mengimbau masyarakat Indonesia untuk memberontak terhadap Belanda.